Jumat, 08 Februari 2013

Makalah : Perkembangan Psikososial Masa Anak-anak Awal (Usia 3-6 Tahun)



 Oleh : Dessy Rilia

Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan pribadi manusia serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan psikososial pada masa kanak-kanak di bagi dalam beberapa fase, menurut ‘Teori Psikoanalisis’ Freud (1856-1939) bahwa perkembangan psikososial manusia dibagi dalam 8 fase, dan beberapa diantara adalah fase perkembangan psikososial masa kanak-kanak (Papalia & Olds, 1995), yaitu :
  1. fase pembentukan kepercayaan vs tidak percaya (0 – 18 bulan)
  2. Fase Otonomi vs malu-malu & Ragu-ragu (18 bulan – 3 tahun)
  3. Fase Inisiatif vs merasa bersalah (3 – 6 tahun)
Melihat dari pembagian fase perkembangan tersebut maka anak-anak usia 3 – 6 tahun sedang berada dalam fase Inisiatif vs merasa bersalah.
           
Pada tahap ini, krisis yang terjadi dalam diri anak adalah antara inisiatif dan melaksanakan inisiatif tersebut, dan rasa bersalah untuk melakukan apa yang dilakukan oleh anak. Oleh sebab itu, anak perlu belajar mengendalikan perasaan ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri anak. Disamping itu, anak masih perlu merasakan kebebasannya. Apabila perkembangan rasa bersalah melebihi perkembangan inisiatif anak, maka anak akan menjadi anak yang diliputi rasa ragu-ragu.

A. KARAKTERISTIK PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK AWAL (USIA 3 – 6 TAHUN)

Karakteristik psikososial anak usia 3 – 6 tahun dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
     1.      Karakteristik Psikososial Anak Usia 3 - 4 Tahun
a.       Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri.
b.    Sudah dapat merasakan kelucuan bila ada hal-hal lucu atau ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa.
c.       Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini berlangsung sampai usia 5 tahun.
d.      Keinginan berdusta mulai muncul, akan tetapi anak takut melakukannya.

      2.      Karakteristik Psikososial Anak Usia 5 – 6 Tahun
a.       Perasaan humor berkembang lebih lanjut
b.      Sudah dapat mempelajari mana yang benar dan yang salah
c.       Sudah dapat menenangkan diri
d.      Pada Usia 6 tahun anak menjadi sangat Asertif, sering berperilaku seperti boss (atasan), mendominasi situasi, akan tetapi dapat menerima nasehat.
e.       Sering bertengkar tapi cepat berbaikan kembali.
f.       Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah.
g.      Sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan sudah dapat menerima peraturan disiplin.

B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK AWAL (USIA 3 – 6 TAHUN)

1. Aspek Perkembangan Permainan
Hetherington & Parke (1979) mendefinisikan permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya (Schwartzman, 1978).
Permainan sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Permainan memiliki beberapa fungsi yang dalam pengaruh pentingnya terhadap perkembangan anak. Salah satunya adalah fungsi sosial. Fungsi sosial permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak. Khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang lain dan peran-peran yang akan ia mainkan dikemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa.

Fungsi Permainan
a. Fungsi Konitif (Piaget 1962)
· Menjelajahi lingkungan, mempelajari objek-objek di sekitarnya dan belajar memecahkan masalah
·  Mengembangkan potensi dan keterampilan dengan cara menyenangkan
b. Fungsi Sosial, dapat meningkatkan perkembangan sosial (dramatical play)
c. Fungsi Emosi, permainan memberikan perasaan senang dan anak dapat melepaskan energi  
    fisiknya yang berlebihan.


2. Aspek Perkembangan Hubungan dengan Orang Lain
    a. Hubungan dengan Orang Tua
Kasih sayang Orang Tua atau pengasuh pada tahun-tahun pertama kehidupan anak  merupakan kunci utama perkembangan sosial anak. Pola Hubungan orang tua atau pengasuhnya pada anak usia 3 – 6 tahun merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Salah satu aspek penting dalam hubungan antara orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Ada 3 tipe pengasuhan orang tua yaitu :
·         Otoritatif  yaitu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak –anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan (Demokratis). Hasilnya adalah anak-anak yang cenderung percaya diri, memiliki pengawasan terhadap diri sendiri dan mampu bergaul baik dengan teman sebayanya.
    - Otoriter yaitu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua (tidak demokratis). Hasilnya adalah anak-anak yang cenderung curiga pada orang lain dan tidak merasa bahagia dengan dirinya sendiri, canggung dalam pergaulan juga memiliki prestasi belajar yang rendah.

     - Permisif yaitu gaya pengasuhan dimana orang tua hanya sedikit terlibat dalam kehidupan anak atau bahkan sama sekali tidak terlibat dalam kehidupan anak (Masa bodo). Hasilnya adalah anak-anak yang kurang percaya diri, memiliki pengendalian diri yang buruk (berbuat semaunya), memaksakan keinginan dan memiliki rasa harga diri yang rendah.

Pada fase Inisiatif vs merasa bersalah, anak-anak tentu membutuhkan gaya pengasuhan yang dapat membantunya tampil percaya diri, memiliki prestasi belajar yang baik, memiliki pengendalian dan pengawan diri sendiri, dapat bergaul dengan baik, serta mampu membedakan yang benar dan yang salah.

b. Hubungan Dengan Teman Sebaya (Peer)
Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting adalah menyediakan suatu sumber informasi  dan perbandingan tentang dunia luar diluar keluarga. Anak menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan oleh anak-anak lain.  Mereka menggunakan orang lain sebagai tolok ukur untuk membandingkan dirinya. Proses pembandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak (Hetherington & Parke, 1981).
Relasi yang harmonis diantara teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan dengan kesehatan mental yang positif pada usia tengah baya. Sebaliknya Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk melebur ke dalam suatu jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak masalah dan kelainan yang beragam, mulai dari kenakalan dan masalah minuman keras hingga depresi. Bahkan relasi yang buruk diantara teman2 sebaya pada masa anak-anak diasosiasikan dengan suatu kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal pada masa remaja (Santrock, 1995).

3. Aspek Perkembangan Gender dalam Permainan dan Aktivitas
            Gender merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa awal anak-anak. Istilah gender dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap yang  dihubungkan dengan laki-laki atau perempuan. Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gender  (Shepherd-Look, 1982)
a. Anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender , yaitu rasa laki-laki atau
    perempuan.
b. Anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka
    kehendaki.
c. Anak memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang
   ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.

Perkembangan gender pada masa anak-anak usia 3 – 6 tahun masih dalam tahap mempelajari stereotif gender konvensional yang dihubungkan dengan berbagai aktivitas dan objek-objek umum (Ruble&ruble, 1980). Mereka menghubungkan gender dengan mainan, pakaian namun dalam tahap ini anak belum mengerti konsep / ketetapan gender.


4. Aspek Perkembangan Moral
            Perkembangan moral adalah perkembangan dengan aturan dan hubungan  mengenai apa yang seharunya dilakuakan oleh manusia sebagai interaksi dengan orang lain (Stanrock , 1995)
Pada Masa anak-anak Awal perkembangan moral anak ada pada
tahap Preconventional Morality (Lawrence Kohlberg) yaitu anak mengenal
moralitas dari dampak perbuatan yang dilakukannya :
Ø  Perbuatan menyenangkan (sesuai aturan)  =   Hadiah dan Pujian

Ø  Perbuatan menyakitkan (tidak sesuai aturan)  = Hukuman

Ø  Perbuatan Meniru apa yang dilakukan orang-orang disekitarnya


C. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK AWAL  (USIA 3 – 6 TAHUN)

  1. Pengalaman Masa Lalu
Perkembangan Psikososial anak pada usia 3 – 6 tahun merupakan hasil dari perkembangan psikososial pada fase sebelumnya, yaitu fase percaya vs tidak percaya dan fase otonomi vs malu dan ragu-ragu. Apabila pada fase ini anak tidak berkembang secara normal, maka hal ini akan mempengaruhi perkembangan Psikososial anak pada fase ini.

  1. Perkembangan Dimasa yang Akan Datang
Masa anak-anak merupakan masa yang berfungsi untuk mengembangkan psikososial anak ke arah yang positif. Positif berarti mengembangkan anak sesuai dengan fase perkembangan psikososialnya. Apabila anak tidak mengalami perkembangan psikososial yang positif maka di masa depan, anak akan mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan psikososialnya.

  1. Perlakuan Orang-Orang di Sekitar Anak
Orang-orang yang berada di sekitar anak, baik orang tua maupun guru berperan dalam mengembangkan psikososial anak. Oleh sebab itu, orang tua dan guru perlu memberikan kesempatan pada anak unruk berinteraksi sosial, untuk mengungkapakan pikiran dan perasaannya.


D. IMPLIKASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK  AWAL (USIA 3-6 TAHUN) BAGI  ORANG TUA DAN GURU

  1. Memberikan kesempatan perkembangan psikososial secara positif pada anak. Misalnya : Memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya.

  1. Menciptakan prosses pendidikan dan pembelajaran yang memberikan wahana untuk mengembangkan Psikososial anak secara positif. Misalnya : mencipakan sudut permainan drama dan sudut-sudut lainnya yang relevan.

  1. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan psikososial secara positif. Misalnya : membiarkan anak bermain dan melengkapi alat permainan yang dibutuhkan anak.