Oleh : Dessy Rilia
Perkembangan
psikososial adalah perkembangan yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan
perkembangan pribadi manusia serta perubahan dalam bagaimana individu
berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan
psikososial pada masa kanak-kanak di bagi dalam beberapa fase, menurut ‘Teori
Psikoanalisis’ Freud (1856-1939) bahwa perkembangan psikososial manusia dibagi
dalam 8 fase, dan beberapa diantara adalah fase perkembangan psikososial masa
kanak-kanak (Papalia & Olds, 1995),
yaitu :
- fase pembentukan kepercayaan vs tidak percaya (0 – 18 bulan)
- Fase Otonomi vs malu-malu & Ragu-ragu (18 bulan – 3 tahun)
- Fase Inisiatif vs merasa bersalah (3 – 6 tahun)
Melihat dari pembagian fase
perkembangan tersebut maka anak-anak usia 3 – 6 tahun sedang berada dalam fase
Inisiatif vs merasa bersalah.
Pada tahap ini,
krisis yang terjadi dalam diri anak adalah antara inisiatif dan melaksanakan
inisiatif tersebut, dan rasa bersalah untuk melakukan apa yang dilakukan oleh
anak. Oleh sebab itu, anak perlu belajar mengendalikan perasaan ini. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan menanamkan rasa tanggung jawab
dalam diri anak. Disamping itu, anak masih perlu merasakan kebebasannya.
Apabila perkembangan rasa bersalah melebihi perkembangan inisiatif anak, maka
anak akan menjadi anak yang diliputi rasa ragu-ragu.
A. KARAKTERISTIK PSIKOSOSIAL
MASA ANAK-ANAK AWAL (USIA 3 – 6 TAHUN)
Karakteristik
psikososial anak usia 3 – 6 tahun dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
1. Karakteristik Psikososial Anak
Usia 3 - 4 Tahun
a. Sudah dapat mengontrol
perilakunya sendiri.
b. Sudah dapat merasakan kelucuan
bila ada hal-hal lucu atau ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa.
c. Rasa takut dan cemas mulai
berkembang, dan hal ini berlangsung sampai usia 5 tahun.
d. Keinginan berdusta mulai
muncul, akan tetapi anak takut melakukannya.
a. Perasaan humor berkembang
lebih lanjut
b. Sudah dapat mempelajari mana
yang benar dan yang salah
c. Sudah dapat menenangkan diri
d. Pada Usia 6 tahun anak menjadi
sangat Asertif, sering berperilaku seperti boss (atasan), mendominasi situasi,
akan tetapi dapat menerima nasehat.
e. Sering bertengkar tapi cepat
berbaikan kembali.
f. Anak sudah dapat menunjukkan
sikap marah.
g. Sudah dapat membedakan yang
benar dan yang tidak benar, dan sudah dapat menerima peraturan disiplin.
B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK AWAL (USIA 3 – 6 TAHUN)
1. Aspek Perkembangan
Permainan
Hetherington & Parke (1979) mendefinisikan permainan bagi
anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan
semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu
yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini karena bagi anak-anak proses
melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya (Schwartzman, 1978).
Permainan sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Permainan
memiliki beberapa fungsi yang dalam pengaruh pentingnya terhadap perkembangan
anak. Salah satunya adalah fungsi sosial. Fungsi sosial permainan dapat
meningkatkan perkembangan sosial anak. Khususnya dalam permainan fantasi dengan
memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang lain dan peran-peran yang
akan ia mainkan dikemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa.
Fungsi Permainan
a. Fungsi Konitif (Piaget 1962)
· Menjelajahi
lingkungan, mempelajari objek-objek di sekitarnya dan belajar memecahkan
masalah
·
Mengembangkan potensi
dan keterampilan dengan cara menyenangkan
b. Fungsi Sosial, dapat meningkatkan
perkembangan sosial (dramatical play)
c. Fungsi Emosi, permainan memberikan perasaan
senang dan anak dapat melepaskan energi
fisiknya yang berlebihan.
2. Aspek Perkembangan
Hubungan dengan Orang Lain
a. Hubungan dengan Orang Tua
Kasih sayang Orang Tua atau pengasuh
pada tahun-tahun pertama kehidupan anak
merupakan kunci utama perkembangan sosial anak. Pola Hubungan orang tua
atau pengasuhnya pada anak usia 3 – 6 tahun merupakan dasar bagi perkembangan
emosional dan sosial anak. Salah satu aspek penting dalam hubungan antara orang
tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Ada 3 tipe pengasuhan orang tua yaitu :
·
Otoritatif yaitu gaya pengasuhan yang memperlihatkan
pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak –anak, tetapi mereka juga
bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan serta
mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan (Demokratis). Hasilnya adalah
anak-anak yang cenderung percaya diri, memiliki pengawasan terhadap diri
sendiri dan mampu bergaul baik dengan teman sebayanya.
- Otoriter yaitu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak
untuk mengikuti perintah-perintah orang tua (tidak demokratis). Hasilnya adalah
anak-anak yang cenderung curiga pada orang lain dan tidak merasa bahagia dengan
dirinya sendiri, canggung dalam pergaulan juga memiliki prestasi belajar yang
rendah.
- Permisif yaitu gaya pengasuhan dimana
orang tua hanya sedikit terlibat dalam kehidupan anak atau bahkan sama sekali
tidak terlibat dalam kehidupan anak (Masa bodo). Hasilnya adalah anak-anak yang
kurang percaya diri, memiliki pengendalian diri yang buruk (berbuat semaunya),
memaksakan keinginan dan memiliki rasa harga diri yang rendah.
Pada fase
Inisiatif vs merasa bersalah, anak-anak tentu membutuhkan gaya pengasuhan yang
dapat membantunya tampil percaya diri, memiliki prestasi belajar yang baik,
memiliki pengendalian dan pengawan diri sendiri, dapat bergaul dengan baik,
serta mampu membedakan yang benar dan yang salah.
b. Hubungan Dengan Teman Sebaya (Peer)
Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan sosial dengan
teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak.
Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting adalah menyediakan
suatu sumber informasi dan perbandingan
tentang dunia luar diluar keluarga. Anak menerima umpan balik tentang
kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi
apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang
dilakukan oleh anak-anak lain. Mereka
menggunakan orang lain sebagai tolok ukur untuk membandingkan dirinya. Proses
pembandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan
gambaran diri anak (Hetherington &
Parke, 1981).
Relasi yang harmonis diantara teman sebaya pada masa remaja diasosiasikan
dengan kesehatan mental yang positif pada usia tengah baya. Sebaliknya Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk
melebur ke dalam suatu jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak masalah dan
kelainan yang beragam, mulai dari kenakalan dan masalah minuman keras hingga
depresi. Bahkan relasi yang buruk diantara teman2 sebaya pada masa anak-anak
diasosiasikan dengan suatu kecenderungan untuk putus sekolah dan perilaku nakal
pada masa remaja (Santrock, 1995).
3. Aspek Perkembangan Gender
dalam Permainan dan Aktivitas
Gender
merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada
masa awal anak-anak. Istilah gender dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap
yang dihubungkan dengan laki-laki atau
perempuan. Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam
perkembangan gender (Shepherd-Look, 1982)
a. Anak
mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender , yaitu rasa laki-laki
atau
perempuan.
b. Anak
mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang
mereka
kehendaki.
c. Anak
memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin
seseorang
ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.
Perkembangan gender pada masa
anak-anak usia 3 – 6 tahun masih dalam tahap mempelajari stereotif gender
konvensional yang dihubungkan dengan berbagai aktivitas dan objek-objek umum (Ruble&ruble, 1980). Mereka menghubungkan
gender dengan mainan, pakaian namun dalam tahap ini anak belum mengerti konsep
/ ketetapan gender.
4. Aspek Perkembangan Moral
Perkembangan
moral adalah perkembangan dengan aturan dan hubungan mengenai apa yang seharunya dilakuakan oleh
manusia sebagai interaksi dengan orang lain (Stanrock , 1995)
Pada Masa anak-anak Awal perkembangan moral anak ada pada
tahap Preconventional Morality (Lawrence Kohlberg) yaitu
anak mengenal
moralitas dari dampak perbuatan yang dilakukannya :
Ø
Perbuatan menyenangkan
(sesuai aturan) = Hadiah dan Pujian
Ø
Perbuatan menyakitkan
(tidak sesuai aturan) = Hukuman
Ø
Perbuatan Meniru apa
yang dilakukan orang-orang disekitarnya
C. PRINSIP-PRINSIP
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK AWAL (USIA 3 – 6 TAHUN)
- Pengalaman Masa Lalu
Perkembangan
Psikososial anak pada usia 3 – 6 tahun merupakan hasil dari perkembangan
psikososial pada fase sebelumnya, yaitu fase
percaya vs tidak percaya dan fase
otonomi vs malu dan ragu-ragu. Apabila pada fase ini anak tidak berkembang
secara normal, maka hal ini akan mempengaruhi perkembangan Psikososial anak
pada fase ini.
- Perkembangan Dimasa yang Akan Datang
Masa anak-anak
merupakan masa yang berfungsi untuk mengembangkan psikososial anak ke arah yang
positif. Positif berarti mengembangkan anak sesuai dengan fase perkembangan
psikososialnya. Apabila anak tidak mengalami perkembangan psikososial yang
positif maka di masa depan, anak akan mengalami berbagai hambatan dalam
perkembangan psikososialnya.
- Perlakuan Orang-Orang di Sekitar Anak
Orang-orang yang
berada di sekitar anak, baik orang tua maupun guru berperan dalam mengembangkan
psikososial anak. Oleh sebab itu, orang tua dan guru perlu memberikan
kesempatan pada anak unruk berinteraksi sosial, untuk mengungkapakan pikiran
dan perasaannya.
D. IMPLIKASI PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL MASA ANAK-ANAK AWAL (USIA 3-6 TAHUN) BAGI ORANG TUA DAN GURU
- Memberikan kesempatan perkembangan psikososial secara positif pada anak. Misalnya : Memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya.
- Menciptakan prosses pendidikan dan pembelajaran yang memberikan wahana untuk mengembangkan Psikososial anak secara positif. Misalnya : mencipakan sudut permainan drama dan sudut-sudut lainnya yang relevan.
- Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan psikososial secara positif. Misalnya : membiarkan anak bermain dan melengkapi alat permainan yang dibutuhkan anak.